Priceto Book value (PBV) adalah salah satu ratio yang disukai oleh investor penganut value investing. Pertama karena Warren Buffet sering menyebutkan ratio ini pada annual letternya. Analisis Top Down Saham dimulai dengan mempelajari kondisi ekonomi secara makro, kondisi sektoral industri dan terakhir kondisi perusahaan secara mikro.
7daftar perusahaan saham emas di Bursa Efek Indonesia. Ketahui profil dan aksi korperasi terbaru. Di antaranya sebagai Most Powerful and Valuable Company Award 2014, Sustainability Report Award 2015, Most Valuable Brand Award 2016, Top CSR Awards 2017, PROPER 2018, PKM Awards 2019, Apresiasi Pendidikan Vokasi Kepala Dunia Usaha Dunia
Diarea BEI, saham BCA dengan kode BBCA mempunyai volume 11.378.100 lembar saham dengan harga saham terakhir pada penutupan hari jumat (4/10) sore kemarin adalah Rp 30.225. Pada tanggal 30 April 2019 BCA membagikan total dividen tunai untuk tahun 2018 yang berjumlah Rp 8,3 triliun.
1 Saham AALI. Harga saham yang CPO yang tengah mengalami tengah menguat tentu menjadi potensi bsagus bagi investor juga trader untuk melakukan transaksi pada saham CPO.Emiten pertama yang bisa dijadikan rekomendasi sebagai salah satu saham CPO terbaik adalah PT Astra Agro Lestari, Tbk yang memang tengah memiliki branding baik dikalangan investor.. Emiten
Apaitu Value Investing?. Pada dasarnya, value investing adalah kegiatan menginvestasikan saham yang pada saat ini berada dibawah nilai intrinsiknya, atau saham yang sedang undervalue. Bahkan, tren value investing sedang meningkat, karena melakukan value investing bisa meminimalisir risiko investasi saham. Namun, terdapat beberapa hal yang harus
1 Supaya yang baca gak bingung. 2. Jalan paling baik adalah anda mencari sendiri jurus anda. Dengan menemukan dan membuat jurus anda sendiri, anda bisa mengerti kekuatan dan kelemahan jurus anda sehingga berguna buat di masa depan karena kalau ada kelemahan anda bisa koreksi sendiri kalau anda tau kekuatannya anda bisa menggunakan nya secara
.
– Dalam diskusi seputar saham, bisa jadi kamu pernah mendengar istilah market value nilai pasar atau book value nilai buku. Tapi apa itu market value? Market value adalah nilai sebuah perusahaan di bursa saham, dihitung berdasarkan harga saham saat ini. Market value juga sering disebut sebagai market capitalization kapitalisasi pasar. Lalu apa saja faktor-faktor apa yang memengaruhinya? Apa juga perbedaannya dengan book value? Artikel ini akan mengupas semuanya dengan tuntas. Mengenal Market Value dalam Saham Cara Menghitung Market Value Faktor yang Memengaruhi Nilai Pasar Sebuah Saham 1. Permintaan dan penawaran 2. Kinerja Keuangan Perusahaan 3. Tren Ekonomi Makro Cara Mengetahui Market Value Perusahaan 1. Earnings per share EPS 2. Book value per share 3. Market value per share 4. Market/book ratio 5. Price-earnings P/E ratio Market Value Vs Book Value Mengenal Market Value dalam Saham Market value sangat mudah diketahui oleh siapa saja. Kamu dapat melihat market value dari harga saham saat ini yang tampil pada platform trading saham dan diliput oleh berita-berita ekonomi, kemudian dikalikan dengan jumlah saham beredar. Contohnya harga saham TLKM saat ini Rp3100 per lembar, sedangkan jumlah saham beredar shares outstanding sebanyak lembar. Total market value TLKM adalah 307,09 triliun. Rentang market value para emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sangat beragam, mulai dari kisaran belasan miliar emiten small cap hingga di atas 100 triliun emiten big cap. Sepuluh emiten dengan market value terbesar saat ini mencakup BBCA, TLKM, BBRI, UNVR, BMRI, HMSP, TPIA, ASII, BRPT, dan ICBP. Secara teoretis, market value merupakan barometer yang menunjukkan persepsi investor terhadap prospek suatu perusahaan emiten. Investor menentukan harga saham yang layak berdasarkan penilaian valuasi terhadap laporan keuangan perusahaan dan prospeknya ke depan. Semakin tinggi valuasi, maka semakin besar pula market value-nya. Pada prakteknya, market value bersifat dinamis alias berubah-ubah dari waktu ke waktu. Market value juga relatif mudah terpengaruh oleh manipulasi bandar. Misalnya ada seorang investor kawakan mendadak menjual semua saham yang dimilikinya dalam volume sangat besar, pelaku pasar lain kemungkinan akan langsung panik. Alhasil, harga saham terkait akan merosot secara abnormal. Ketika harga saham sudah jatuh, sang investor besar mungkin memutuskan untuk membeli saham itu lagi. Dinamika harga saham ini tentu mengubah-ubah nilai pasarnya. Cara Menghitung Market Value Bagi kamu yang ingin mencari tahu market value perusahaan, di bawah ini adalah rumus cara menghitung market value dengan benar. Market Value = Harga Pasar Saat Ini per lembar Saham x Jumlah Saham Beredar Namun, kamu juga bisa menghitung market value dengan cara lain seperti Discount Cash Flow metode yang digunakan untuk mengukur nilai investasi berdasarkan pengeluaran kas masa depan. Capitalized Earning metode yang digunakan untuk menentukan nilai perusahaan dengan menghitung nilai keuntungan yang diharapkan di masa ini didasarkan pada pendapatan saat ini dan keuntungan yang diantisipasi di mana hal itu menjadi perkiraan potensi return on investment ROI tertentu. Membandingkan perusahaan publik metode yang menggunakan analisis komparatif yang mencakup proses analisis perusahaan publik yang beroperasi di sektor dan lokasi yang sama. Perusahaan tersebut biasanya memiliki tingkat pendapatan revenue dan kapitalisasi pasar yang sama. Analisis transaksi preseden metode penilaian di mana nilai perusahaan dianggap sebagai indikator harga yang dibayarkan untuk perusahaan serupa. Metode ini sering digunakan sebelum kesepakatan merger dan akuisisi prospektif. Sehingga, menciptakan perkiraan nilai saham dalam kasus investasi. Fair Market Value pendekatan nilai pasar yang menghitung aset dan kewajiban yang perusahaan miliki. Nilai ini mencakup aset tidak berwujud, kewajiban yang tidak tercatat, dan aset di luar neraca. Faktor yang Memengaruhi Nilai Pasar Sebuah Saham Market value dapat berfluktuasi karena berbagai faktor. Contohnya apabila kamu mengikuti pemberitaan media massa dalam beberapa bulan terakhir, boleh jadi kamu akan mendengar betapa market value saham-saham blue chip Indonesia anjlok drastis lantaran kekhawatiran terhadap krisis akibat pandemi COVID-19. Market value biasanya merosot saat periode resesi, kemudian berbalik reli kembali setelah memasuki masa-masa ekspansi ekonomi. Dalam situasi wajar, market value dipengaruhi oleh tiga 3 faktor, yaitu permintaan dan penawaran supply and demand, kinerja keuangan perusahaan, dan tren ekonomi makro. 1. Permintaan dan penawaran Saham diperjualbelikan di bursa dengan sistem bid dan offer secara terbuka. Platform trading saham sudah menampilkan daftar harga bid, harga offer, volume bid, dan volume offer. Oleh karena itu, kamu dapat memantau permintaan dan penawaran suatu saham dengan relatif mudah. Daftar harga bid menunjukkan harga tertinggi yang bersedia diberikan oleh pembeli. Sedangkan daftar harga offer menunjukkan harga terendah di mana penjual bersedia melepas saham yang dimilikinya. Harga offer terendah biasanya lebih tinggi daripada harga bid tertinggi. Tapi jika ada lebih banyak pembeli bid untuk sebuah saham, maka para pembeli akan berlomba mengambil harga offer yang tersedia, sehingga harga saham meningkat. Sebaliknya, jika ada lebih banyak penjual offer untuk sebuah saham, maka para penjual akan segera menyabet harga bid berapa pun yang tersedia. Hal ini pada akhirnya dapat mengakibatkan harga saham menurun. 2. Kinerja Keuangan Perusahaan Gambaran permintaan dan penawaran di atas menunjukkan bagaimana harga saham naik atau turun. Tapi, apa yang mendorong orang-orang untuk membeli atau menjual saham tersebut? Tentu saja, kinerja keuangan perusahaan emiten yang menerbitkan saham tersebut. Investor membeli saham dengan harapan untuk mendapatkan cuan di kemudian hari, baik dalam bentuk dividen atau capital gain. Cuan itu hanya akan dapat direalisasikan oleh investor secara konsisten, jika perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik. Inilah alasan mengapa investor selalu mencermati jadwal publikasi laporan keuangan perusahaan, rapat umum pemegang saham RUPS, dan pembagian dividen. Perusahaan yang mampu menampilkan kinerja keuangan meningkat setiap tahun akan mendapatkan penilaian lebih baik dari pelaku pasar. Apalagi jika perusahaan itu mampu membagikan dividen dalam jumlah cukup besar. 3. Tren Ekonomi Makro Kinerja keuangan perusahaan prima saja tidak cukup untuk menghasilkan laba. Perusahaan unggulan juga membutuhkan kondisi kondisi perekonomian yang bagus agar dapat bekerja sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, market value dipengaruhi pula oleh tren ekonomi makro di dalam dan luar negeri. Mayoritas perusahaan akan mengalami kesulitan untuk menghasilkan laba ketika perekonomian sedang resesi. Sekalipun tidak merugi, mereka kemungkinan mencetak laba lebih rendah dan membagikan lebih sedikit dividen. Para investor juga cenderung melepas portofolio saham agar dapat menyimpan uang tunai lebih banyak dalam upaya mengantisipasi gejolak keuangan pribadi selama krisis ekonomi. Ketika lebih banyak orang yang ingin menjual saham daripada orang yang berminat untuk membelinya, harga saham dan market value perusahaan akan jatuh. Cara Mengetahui Market Value Perusahaan Corporate Finance Institute menyampaikan bahwa market value adalah nilai yang bisa ditunjukkan lewat berbagai rasio matematis. Di bawah ini adalah 5 rasio matematis yang bisa mewakilkan nilai market value sebagai pertimbangan sebelum kamu memulai investasi. EPS merupakan nilai yang dihitung berdasarkan alokasi keuntungan perusahaan pada setiap saham individu. Semakin tinggi Nilai EPS berarti perusahaan tersebut semakin bagus untuk investasi. Book value per share dihitung berdasarkan pembagian ekuitas perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Market value per share adalah nilai yang dihitung dengan mempertimbangkan market value perusahaan dibagi jumlah saham beredar. 4. Market/book ratio Rasio ini digunakan untuk membandingkan market value perusahaan dengan book value-nya. Untuk mendapatkan nilainya, kamu harus membagi market value per share dengan book value per share. 5. Price-earnings P/E ratio P/E ratio merupakan harga saham saat ini dibagi penghasilan per saham. Market Value Vs Book Value Ada satu istilah lain yang sering dibanding-bandingkan dengan market value, yakni book value. Book value adalah nilai sebuah perusahaan berdasarkan “buku” laporan keuangan. Secara teoretis, book value menunjukkan total nilai perusahaan jika semua aset perusahaan dijual dan semua liabilitasnya dilunasi. Ini merupakan nilai yang akan diterima oleh para investor dan kreditor perusahaan, seandainya perusahaan tersebut gulung tikar dan terpaksa dilikuidasi. Sebuah saham akan dianggap murah undervalue ketika market value-nya lebih rendah daripada book value. Hal ini lah yang mendasari valuasi saham berdasarkan PBV Price-to-Book Value. Namun, selayaknya market value saham-saham unggulan lebih tinggi daripada book value. Mengapa? Karena market value juga mencakup hal-hal non-materiil seperti ekspektasi investor terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan. Baik market value maupun book value sama-sama memberikan informasi penting tentang nilai suatu perusahaan bagi investor. Investor perlu memahami keduanya agar dapat menganalisis prospek perusahaan secara komprehensif. Nah, bagi kamu yang ingin memulai investasi saham, penting bagi kamu untuk mengetahui nilai pasar market value dan book value agar kamu bisa memilih investasi dengan tepat. Aplikasi Ajaib menyediakan semua data penting yang dibutuhkan oleh investor saham untuk menilai prospek perusahaan. Harga saham hadir dalam bentuk grafik yang mudah dipahami. Statistik penting seperti EPS, PER, Book Value PBV, DER, RoA, RoE, dan lain-lain dapat dilihat langsung pada profil emiten sebelum investor membeli saham. Setelah mengetahui market value, kamu bisa lebih yakin memulai investasi sahammu di aplikasi Ajaib. Nah, di Ajaib, kamu juga bisa melihat laporan keuangan perusahaan yang bisa jadi pertimbangan ketika kamu ingin membeli saham. Bukan hanya itu, di Ajaib kamu juga bisa mendapatkan konsultasi portofolio langsung dari Relationship Manager profesional hanya dengan bergabung dengan Ajaib Prime. Kamu juga bisa mendapatkan laporan eksklusif hingga bebas biaya broker dengan bergabung ke dalam Ajaib Prime. Jadi tunggu apalagi? Mulai investasi saham kamu di Ajaib sekarang!
Pernah mendengar ungkapan “Price is what you pay. Value is what you get”? Ya, quotes dari seorang investor ternama, Warren Buffet, ini mencerminkan bahwa harga sebuah perusahaan di bursa efek tidak sama dengan nilai atau value yang dimilikinya. Artinya, ada harga ada kualitas tidak berlaku dalam investasi saham. Ketika harga di bursa mengalami kenaikan dan penurunan dalam waktu singkat tidak berarti kualitas perusahaannya tidak stabil. Sebab, harga hanyalah persepsi dari para pelaku pasar. Pembeli selalu ingin harga yang lebih murah, sebaliknya penjual ingin harga yang lebih tinggi. Oleh karena itu, adanya valuasi dapat menunjukkan apakah harga yang kita beli sesuai dengan nilai yang didapat atau tidak. Valuasi yaitu proses analisis untuk mengetahui nilai ekonomi suatu bisnis, termasuk menilai/memperkirakan prospek perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba di kemudian hari lewat value atau nilai yang ditawarkan perusahaan melalui produknya. Hasil dari valuasi ini bisa digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan nantinya. Perencana keuangan Finansialku, Laurensia Nathania, BBA, CFP mengungkapkan saat menganalisis valuasi sebuah saham, investor harus memperhatikan 4 faktor di bawah ini. Kinerja dan prospek perusahaan Tentunya kinerja dan prospek perusahaan penting untuk investor teliti sebelum membeli sahamnya. Apa ada investor yang ingin memberi modal pada perusahaan yang kinerjanya buruk dan tidak prospektif? Untuk mengetahui kinerja perusahaan, investor harus mencari tahu pertumbuhan penjualan dan keuntungan perusahaan, modal pembiayaan perusahaan, dan efektivitas penggunaan modal terhadap keuntungan pemegang saham. Informasi di atas dapat memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa depan. Selain itu, investor juga dapat membandingkan persepsi pasar atas perusahaan tersebut. Business model Faktor kedua yang harus diperhatikan oleh investor yaitu bagaimana model bisnis perusahaan. Sebaiknya pilih perusahaan dengan model bisnis yang selalu dibutuhkan pasar dan dapat bertahan lama. Business model yang baik yang dapat memberikan keuntungan bagi pemilik bisnis dan konsumen demi menjamin keberlangsungan bisnis tersebut. Economic moat Penulis buku investasi The Little Book that Builds Wealth, Pat Dorsey mengatakan bahwa penting bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki economic moat. Economic moat sendiri yaitu keunggulan kompetitif competitive advantage dalam jangka panjang dari suatu perusahaan yang memisahkan dan membedakan perusahaan tersebut dari kompetitornya. Dorsey mengatakan perusahaan yang memiliki economic moat memiliki nilai instrinsik yang lebih dan mampu menghasilkan cashflow dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya. Perusahaan yang memiliki economic moat dapat dilihat dari keunggulan biaya cost advantage aset tak berwujud seperti hak paten dan lisensi, memilki switching cost dan network effect yang membuat customer tidak berpaling ke tempat lain. Manajemen perusahaan Terakhir, manajemen perusahaan juga menjadi faktor yang harus diperhatikan. Investor harus mengetahui bagaimana level manajemen membuat kebijakan yang strategis untuk perushaaan. Melalui keputusan strategis di tingkat manajemen perusahaan, business model yang solid dapat terbentuk, economic moat dapat dimiliki, dan kinerja yang baik dapat tercipta. Setelah mengetahui faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam valuasi saham, di bawah ini adalah beberapa cara untuk menghitung seberasa besar valuasi sebuah saham. Ada banyak teknik untuk menghitung valusasi saham. Namun, 3 cara di bawah ini adalah rumus yang paling umum digunakan untuk menghitung valuasi. Pendekatan Multiplier Pendekatan Multiplier dikenal juga dengan Price to Earning Ratio PER atau P/E Ratio. Pendekatan ini menghitung harga saham suatu perusahaan jika dibandingkan dengan laba per lembar saham earning per share / EPS. Price to Earning Ratio PER = Harga Saham EPS Nilai EPS dapat diketahui dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham yang beredar. Semakin tinggi PER dapat diartikan semakin mahal pula saham tersebut, sebab dibutuhkan pengali yang lebih “besar” untuk melipatgandakan EPS dan mencapai harga saham tersebut. Pendekatan Nilai Buku Pendekatan nilai buku atau Price to Book Value PBV adalah membandingkan harga saham dengan nilai buku perusahaan, di mana nilai buku perusahaan dihitung dari ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Price to Book Value PBV = Harga Saham Nilai Buku Jika PBV di bawah atau sebesar 1x, maka dapat dikatakan saham tersebut diperjualbelikan di harga yang lebih rendah dari harga wajarnya undervalue. Dalam analisis valuasi akan lebih baik jika diikuti dengan membandingkan PER dan PBV suatu perusahaan secara historikal maupun secara head-to-head dengan kompetitor di industri sejenis. Discounted Cash Flow DCFBerbeda dengan dua pendekatan sebelumnya, pendekatan DCF ini menitikberatkan pada cash flow dan kinerja perusahaan. Pendekatan Discounted Cash Flow DCF menghitung nilai kini present value dari estimasi arus kas yang dapat dihasilkan perusahaan di masa mendatang. Dengan cara membuat proyeksi arus kas di beberapa tahun ke depan berdasarkan rata-rata pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir. Jika nilai kini estimasi arus kas lebih besar daripada modal dalam berinvestasi, maka investasi tersebut layak untuk dipertimbangkan. Mutiara Ramadhanti
Saham menjadi salah satu instrumen investasi yang cukup menggiurkan. Kalau Anda dapat mempraktikkannya dengan tepat, nilai keuntungan dari investasi ini bisa sangat besar. Untuk itu, Anda perlu strategi agar investasi saham tidak merugi. Salah satu strategi yang menarik untuk diketahui dalam investasi saham adalah value investing. Teknik investasi ini sangat terkenal di kalangan para investor, baik dalam negeri ataupun luar negeri. Banyak investor yang meraih kesuksesan dengan memanfaatkan strategi value investing. Sosok Warren Buffett adalah salah satunya. Ada pula nama Lo Kheng Hong yang kerap disebut sebagai Warren Buffet dari Indonesia. Pengertian Value Investing Definisi sederhana dari value investing adalah upaya memilih investasi saham yang memiliki valuasi murah. Hanya saja, saham yang diburu oleh value investor bukanlah milik perusahaan murahan. Hal ini terjadi karena pasar menilai potensi atau nilai intrinsik dari perusahaan tersebut. Untuk menjadi seorang value investor, Anda perlu pemahaman yang mendalam tentang valuasi bisnis perusahaan. Dengan begitu, Anda dapat mengamati deretan saham yang punya nilai tinggi tetapi harganya murah. Selanjutnya, Anda pun berkesempatan untuk menjual saham tersebut ketika harganya melonjak. Cara Mengetahui Nilai Intrinsik dalam Value Investing Penilaian saham oleh seorang value investor dilakukan dengan perhitungan yang cermat. Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan, termasuk di antaranya adalah performa finansial, penghasilan, cash flow, brand perusahaan, keunggulan produk, dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan data akurat tentang nilai intrinsik perusahaan, value investor menggunakan beberapa jenis metrik, di antaranya Price-to-book P/B Indikator pertama yang dapat Anda manfaatkan adalah P/B yang kerap disebut nilai buku. Rasio ini memperlihatkan perbandingan antara aset perusahaan dengan harga saham. Saham dapat dikategorikan undervalued ketika harganya mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan aset perusahaan. Hanya saja, penilaian undervalued tersebut juga harus disertai dengan kondisi kesehatan finansial perusahaan. Free cash flow Anda juga dapat mempertimbangkan parameter free cash flow perusahaan. Indikator ini menunjukkan jumlah uang tunai yang tengah dimiliki perusahaan sesudah menunaikan pembayaran segala jenis biaya. Price-to-earning P/E Parameter selanjutnya adalah P/E yang dapat Anda manfaatkan untuk memperoleh data pendapatan perusahaan. Saham undervalued dapat Anda ketahui ketika mendapati bahwa harga saham tidak mempunyai kesesuaian dengan pendapatan perusahaan. Hal yang Perlu Diperhatikan Value Investor Kemampuan dalam mengetahui nilai intrinsik saham tidak memberikan jaminan kesuksesan berinvestasi. Selain memanfaatkan parameter metrik tersebut, ada pula 5 hal penting yang tak boleh Anda lewatkan, yaitu Riset Dalam praktik investasi apapun, riset merupakan sebuah kewajiban. Tujuannya, agar Anda terhindar dari risiko kerugian. Selain mencermati parameter metrik nilai intrinsik saham, Anda juga dapat mempertimbangkan beberapa info pendukung lain. Beberapa data yang dapat Anda manfaatkan di antaranya adalah struktur keuangan, rencana jangka panjang perusahaan, jajaran manajemen, serta prinsip bisnis. Diversifikasi investasi Dalam value investing, Anda juga harus memperhatikan diversifikasi. Upaya diversifikasi merupakan tindakan preventif dalam meminimalkan risiko kerugian. Diversifikasi dapat Anda lakukan dengan membeli jenis saham yang berbeda. Selain itu, ada pula pula pilihan diversifikasi menggunakan instrumen investasi lain, seperti P2P lending, emas, reksadana, dan lain sebagainya. Baca juga Pengertian Dari Diversifikasi Investasi Fokus pada konsistensi Value investor memiliki kecenderungan untuk memperoleh keuntungan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Anda perlu mengedepankan pilihan pada jenis saham yang memiliki harga konsisten dan mempunyai risiko rendah. Analisis fundamental perusahaan Tips selanjutnya, Anda perlu pula melakukan analisis faktor fundamental perusahaan. Langkah ini dapat Anda lakukan dengan memperhatikan laporan keuangan terbaru perusahaan secara menyeluruh. Dari laporan tersebut, ANda dapat mengetahui beberapa informasi penting seperti liabilitas dan ekuitas, arus kas, laba rugi, dan semacamnya. Memantau trend Terakhir, Anda juga perlu memantau tren yang terjadi di masyarakat. Pilihan berinvestasi pada sektor yang tengah tren memberi peluang keuntungan yang lebih besar dalam jangka pendek. Nah, itulah panduan lengkap mengenai apa itu value investing dan berbagai aspek penting terkait yang perlu Anda ketahui. Kalau Anda menerapkannya dengan benar, menjadikan saham sebagai sumber pemasukan ekstra bukanlah impian belaka. Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran! Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Akseleran menawarkan kesempatan pengembangan dana yang optimal dengan bunga rata-rata 10,5%-12% per tahun dan menggunakan proteksi asuransi 99% dari pokok pinjaman. Tentunya, semua itu dapat kamu mulai hanya dengan Rp100 ribu saja. Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi 021 5091-6006 atau email ke [email protected]
Investor mengenal tiga macam gaya dalam berinvestasi saham, yakni growth, value, dan momentum. Lantas, apa saja perbedaannya?Table of Contents1. GrowthGrowth Stocks di Indonesia2. ValueValue Stocks di Indonesia3. Momentum1. GrowthSaham-saham berkategori growth stocks adalah saham yang kinerjanya diharapkan dapat tumbuh lebih cepat dibanding kinerja pasar saham dan perekonomian secara keseluruhan. Hal ini bisa terjadi mengingat pasar yang menjadi tujuan dari perusahaan tersebut juga lebih besar dari ukuran perusahaan itu dan pesaingnya yang di sektor sama dan juga masih terus berkembang. Beberapa contoh saham berkategori growth stocks adalah saham-saham perusahaan teknologi seperti Amazon, Google, Facebook, dan Netflix. Tak heran, sebab hadirnya teknologi komputasi awan dan teknologi mobile mampu membantu mereka untuk menjangkau konsumen secara lebih luas dengan biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan perusahaan-perusahaan yang memiliki aktivitas bisnis tradisional brick-and-mortar.Perusahaan penerbit growth stocks biasanya jarang membagikan dividen kepada investor. Mereka cenderung melakukan reinvestasi labanya demi menumbuhkan bisnisnya. Sehingga, mereka bisa meraih untung lebih tinggi lagi dan bikin harga sahamnya kian berkategori growth terbaik adalah perusahaan yang mampu menciptakan dan menerapkan suatu cara yang bisa diterapkan berulang kali tiap kali ia berniat untuk masuk ke pangsa pasar baru. Contoh yang baik adalah Netflix. Perusahaan tersebut tadinya berkecimpung di bisnis penyewaan DVD sebelum akhirnya menggarap bisnis streaming film. Selain itu, Netflix juga awalnya membeli lisensi konten dari rumah produksi lain, seperti Disney, sebelum akhirnya bisa memproduksi kontennya sendiri. Dan sekarang Netflix tak hanya mampu menggaet pelanggan dari Amerika Serikat namun juga dari seluruh kalau dilihat dari pengukuran tradisional, harga-harga saham growth relatif terlihat cukup "mahal" dibandingkan saham-saham yang termasuk dalam value stocks. Acap kali, saham-saham ini pun punya rasio valuasi yang juga tinggi seperti yang ditunjukkan dari rasio harga saham per laba saham Price to Earning, harga saham per penjualan Price to Sales, dan harga saham per nilai buku Price to Book Value.Kendati demikian, tingginya nilai saham tersebut disebabkan karena "pertumbuhan" perusahaan tersebut tidak tercermin tahun ini, melainkan baru di tahun-tahun mendatang. Sebuah perusahaan biasanya jarang membukukan laba di tahun pertama lantaran harus menggelontorkan biaya signifikan untuk memasarkan produknya. Namun, bukan berarti perusahaan tersebut tak contoh yang baru setelah 14 tahun bisa membukukan laba karena perusahaan terus melakukan reinvestasi arus kasnya setiap tahun untuk mengembangkan usaha. Bahkan, rasio harga saham per laba Amazon selalu tinggi karena perusahaan selalu menawarkan bisnis baru misalnya Alexa, jasa komputasi awan, hingga Amazon Prime Video ke pasar yang beragam Rasio Price-to-Earning Amazon yang bertumbuh drastis pada 2015 lalu. Sumber TradingviewHarga saham growth stocks juga cukup tinggi apabila disandingkan dengan profitabilitas dan neraca keuangannya yang sekarang. Saat pertumbuhan perusahaan ternyatakan dan perusahaan mampu memanfaatkan peluang itu untuk terus berkembang, maka harga sahamnya tentu akan jika sebuah perusahaan tak mampu memanfaatkan pertumbuhan tersebut, maka harga saham growth stocks bisa amblas cukup dalam mengingat kinerja perusahaan ternyata tak sebanding dengan harganya yang mahal. Ini bisa terjadi, misalkan, karena perusahaan tidak mampu bersaing dengan kuat dari pendatang yang baru dan tidak bisa mempertahankan dari kasus ini adalah Nokia dan medio 2000 hingga 2005, Nokia dikenal sebagai pemain utama di pasar ponsel global. Hampir seluruh orang memiliki ponsel Nokia dan tidak ada produsen ponsel lain yang bisa menyamai pesatnya pertumbuhan perusahaan teknologi asal Finlandia tersebut. Saking apiknya kinerja keuangan Nokia, harga sahamnya bahkan pernah menyentuh rekor 55 Euro per lembar di periode harga saham Nokia kemudian terjun bebas setelah 2000 lantaran minimnya inovasi produk perusahaan. Harga saham Nokian kian terpukul pada 2005 hingga 2009, ketika Blackberry mencoba menantang dominasi Nokia di pasar ponsel global dengan mengandalkan teknologi mobile saham Blackberry pun menyentuh puncaknya pada 2009. Sayangnya, dominasi mereka pun tak bertahan lama karena Apple perlahan menggeser posisi mereka. Kini, Apple, dengan produk-produk iPhone-nya yang terbilang inovatif, masih berjaya di pasar, sementara Nokia dan Blackberry malah lenyap dari Stocks di IndonesiaDi Indonesia, Bursa Efek Indonesia BEI telah menciptakan indeks yang terdiri dari growth stocks yang bernama IDXGrowth30 sehingga investor bisa dengan mudah mengikuti kinerja saham-saham growth di Indonesia. IDXGrowth30 ini terdiri dari 30 saham yang memiliki tren pertumbuhan positif dari segi laba bersih dan pendapatan terutama apabila dibandingkan harga sahamnya, likuiditas transaksi yang cukup, serta kinerja keuangan yang kinclong. Salah satu contoh growth stocks di Indonesia adalah saham-saham bank awal 2020, investor pasar modal Indonesia keranjingan saham-saham bank mini yang berniat transformasi menjadi bank digital. Nilai saham PT Bank Jago Tbk ARTO, misalnya, berhasil terbang lebih dari 5 kali lipat dari ke per lembar pada periode tersebut. Hal ini disebabkan oleh antusiasme masyarakat ihwal aplikasi bank digital dan anggapan kuat pelaku pasar bahwa ARTO akan menjadi pemimpin bank digital utama di Indonesia mengingat ARTO adalah bagian dari ekosistem teknologi raksasa Indonesia, kinerja saham ARTO mendorong beberapa perusahaan rintisan berkelas Unicorn untuk menjajal sektor perbankan dengan mengakuisisi bank-bank mini. Kini, pelaku pasar bisa melihat betapa pesatnya pertumbuhan nilai saham seperti PT Bank MNC International Tbk BABP, PT Bank Neo Commerce Tbk BBYB, dan PT Bank Bumi Artha Tbk BNBA dalam setahun terakhir. Padahal, fundamental keuangan bank-bank tersebut tidak begitu mumpuni jika dibandingkan empat bank raksasa Indonesia, BBCA, BMRI, BBRI, dan September 2021, hype tersebut pun bubar setelah tidak ada satu pun bank digital yang mampu menunjukkan perkembangan berarti di kancah bank digital. Makanya, tak heran jika harga saham bank-bank digital amblas sekitar 40% hingga 50% dalam jangka waktu dua hingga tiga pekan sisi lain, nilai saham ARTO masih tetap kokoh mengingat perusahaan sudah meluncurkan aplikasi dan produk bank digital dengan keandalan mumpuni. Sehingga, nilai sahamnya diharapkan bisa punya pertumbuhan stabil meski investor 2. ValueValue investing adalah gaya berinvestasi yang berfokus mencari saham-saham yang harga pasarnya lebih rendah dibanding nilai intrinsiknya. Nilai intrinsik adalah nilai seharusnya dari saham tersebut terutama apabila dilihat dari segi fundamental yang mungkin sekarang sedang berbeda dari yang dihargai pasar. Di dalam value investing, investor akan menempatkan dana di saham-saham yang tengah diobral atau diremehkan oleh pelaku pasar lainnya. Penganut paham value investing percaya bahwa pelaku pasar nantinya akan mulai menyadari nilai sesungguhnya dari saham-saham tersebut dan nantinya mereka pun akan membeli saham tersebut yang mengakibatkan kenaikan harga ke tingkat seharusnya. Seperti yang diungkapkan punggawa value investing Benjamin Graham berikut"Dalam jangka pendek, pasar adalah mesin pemungutan suara. Namun, dalam jangka panjang, pasar adalah mesin penimbang."Pada umumnya, saham-saham value stocks berasal dari perusahaan besar dengan reputasi baik serta memiliki kinerja keuangan yang sudah teruji cemerlang. Mereka biasanya membayar dividen ke investor, sehingga investor bisa mendapatkan untung baik melalui pembayaran dividen atau apresiasi nilai saham. Beberapa contoh value stocks adalah saham-saham milik Bank of America Corporation BAC, JPMorgan Chase & Co. JPM, Wells Fargo & Company WFC.Untuk menemukan saham-saham yang sedang murah, investor yang menganut value investing akan menggunakan rasio-rasio berikut sebagai kuncinyaRasio harga saham terhadap laba per saham price-to-earnings atau P/E yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat dengan relatif cepat menggunakan labanya untuk "menyamai" nilai sesungguhnya dari harga saham tersebut. Sebagai contoh, satu perusahaan dengan rasio P/E 8 mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut hanya membutuhkan waktu delapan tahun untuk "menyamai" nilai sesungguhnya dari perusahaan harga saham terhadap nilai buku perusahaan price-to-book value atau PBV yang rendah berarti perusahaan tersebut memiliki nilai buku aset yang relatif lebih tinggi dibanding neraca keuangannya. Artinya, jika perusahaan tersebut harus melikuidasi asetnya, maka lebih besar kemungkinannya hasil penjualan aset-aset tersebut bisa menyamai nilai perusahaan karenanya, mencari perusahaan dengan rasio valuasi yang rendah adalah cara bagi value investor untuk "balik modal" dalam berinvestasi. Rendahnya harga saham yang dibayar investor akan memberikan mereka marjin keamanan margin of safety, sehingga mereka tak akan terkapar parah jika hal buruk terjadi di masa depan. Sebab tentu saja membeli saham pas harganya sedang mahal akan membuka kemungkinan lebih lebar bahwa harga saham akan turun sehingga investor menderita kerugian yang tidak sedikit. Value Stocks di IndonesiaBEI juga memiliki satu indeks khusus untuk merangkum kinerja value stocks IDXValue30. Indeks ini berisikan saham-saham dengan valuasi harga murah yang memiliki likuiditas transaksi dan kinerja keuangan yang baik. Contoh saham value stocks di Indonesia bisa dilihat di tabel berikut!Biasanya, persepsi masyarakat tentang berinvestasi di value stocks adalah berinvestasi di perusahaan-perusahaan top namun dengan valuasi kecil. Nah, valuasi yang kecil tersebut terjadi akibat merosotnya harga saham, yang biasanya disebabkan oleh siklus bisnis yang lesu atau faktor eksternal satu value stocks terbaik adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk BBNI. Baru-baru ini, valuasi saham perseroan susut dari 1,2 hingga 1,5 kali nilai Price-to-Book menjadi 0,5 kali saja. Hal itu terjadi setelah analis menurunkan peringkat saham BBNI akibat buruknya aset yang dimiliki perseroan dalam dua tahun BBNI tidak tinggal diam. Perseroan merombak manajemennya dan memperbaiki produk-produk perbankan serta aset-aset yang dimiliki pada awal 2020. Imbasnya, BBNI pun menorehkan hasil pendapatan yang kuat pada kuartal II dan III 2021 dan bahkan mengalahkan estimasi nilai saham BBNI sudah kembali terdongkrak dengan valuasi yang sudah terkerek ke 0,75 hingga 0,8 kali dari nilai MomentumMomentum investing adalah gaya investasi di mana sang investor "latah" mengikuti gerak-gerik investor lainnya dalam menjual atau membeli saham. Atau, dengan kata lain, mengikuti momentum yang sedang heboh saat ini cukup bertolak belakang dengan kaum penganut fundamental yang selalu pasang kuda-kuda menanti pergerakan harga jangka panjang. Di dalam momentum investing, investor akan beraksi mengikuti pergerakan harga jangka pendek yang disebabkan oleh aktivitas investor perlu memperhatikan beberapa indikator teknikal penting jika kamu ingin melancarkan aksi momentum investing. Salah satu indikator yang populer digunakan adalah Moving Average MA, yakni indikator yang menggambarkan rerata harga penutupan saham dalam satu periode lebih mudah memahaminya, Sobat Cuan bisa melihat contoh dari grafik harga saham Tesla berikut iniDari grafik di atas, Sobat Cuan bisa melihat MA dari saham Tesla selama 30 hari 30-days MA sejak Desember 2020 hingga September 2021. Jika harganya berada di atas MA, maka tren harga saham Tesla akan meningkat. Sebaliknya, jika harga saham Tesla berada di bawah MA, maka tren harga menunjukkan itu, kamu juga perlu memanfaatkan tipe-tipe order lanjutan demi mengontrol waktu masuk dan keluar pasar. Limit order, misalnya, memungkinkan kamu untuk memaksimalkan profit dengan memanfaatkan volatilitas harga aset untuk masuk atau keluar pasar. Sementara itu, stops akan memungkinkan kamu untuk keluar-masuk pasar ketika terdapat pergerakan harga yang signifikan.
top value saham adalah