SangkanParaning Dumadi di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
SangkanParaning Dumadi - Bendung Layungkuning di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
Tidakada komentar: Fri, 19.. . kita berada di akhir hayat. Manusia sering diajari filosofi Sangkan Paraning Dumadi itu ketika . Desember 19, 2012 10:17 pm. pak bodong, pak riko di.. Sangkan Paraning Dumadi (Jejak Sejarah Pengetahuan Manusia) - Free download as Word Doc (.doc), PDF File (.pdf), Text File (.txt) or read online for free. .
Beritabangsamerupakan portal online yang mengusung semangat Always be Trusted. Oleh karena itu kami ingin selalu memberi kepercayaan kepada publik Jawa Timur untuk bekerjasama dan berkolaborasi seluas-luasnya.
SunanDrajad ngendhikan: Nyuwun sewu Dimas Kalijaga, punika wayang innalillahi wa inna ilaihi roji'un yen wong Jawa ora mudheng. Supayane wong Jawa isa mudheng tak jenengi "Aja Lali Sangkan Paraning Dumadi". Lha ben uwong ki ora lali karo sangkan paraning dumadi, tak gaweke tembang (macapat). Tembang macapat ki apa?
Islamtumrap sangkan paraning dumadi by S. Kamarulhadi, 1970, Ab. Sitti Sjamsijah edition, in Javanese
. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sangkan Paraning Dumadi, merupakan filosofi atau ajaran dalam ilmu Kejawen kepercayaan tradisional Jawa tentang bagaimana cara manusia menyikapi bahasa Jawa kuno, sangkan berarti asal muasal, paran adalah tujuan, dan dumadi artinya menjadi, yang menjadikan atau pencipta. Dengan begitu bahwa yang dimaksud Sangkan Paraning Dumadi adalah pengetahuan tentang "Dari mana manusia berasal dan akan kemana ia akan kembali."Keberadaan manusia dan alam semesta merupakan ciptaan Sang Hyang Widhi, yaitu Dzat Pencipta Alam Semesta, Tuhan Yang Maha Esa. Kelak pada akhirnya seluruh alam semesta akan kembali kepada-Nya. Sangkan Paraning Dumadi dalam filosofi Kejawen mengajarkan bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dalam menjalani kehidupan ini kita harus mendekati nilai-nilai luhur ketuhanan. Nilai-nilai luhur ketuhanan antara lain adalah jujur, adil, tanggung-jawab, peduli, sederhana, ramah, disiplin dan komitmen. Karena itu, ada sebagian orang yang mengidentikkan pengetahuan Sangkan Paraning Dumadi dengan filosofi 'Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojii'un. Yang artinya "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali." Bacaan tersebut biasa diucapka oleh umat Islam apabila mendengar kabar duka cita kematian atau musibah. Dalam al-Quran kalimat tersebut terdapat pada surat Al-Baqarah 155-157, "Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."Filosofi Sangkan Paraning DumadiTubuh manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmaniah berupa badan tubuh dan ruhaniah sebagai isinya. a. Jasmani sebagai materi benda diciptakan dari unsur alam, yaitu tanah, air, udara dan api panas. Karena asalnya dari bahan sari pati alam, maka kelak jasmani akan kembali ke alam lagi. Yang tanah kembali kepada tanah, yang udara kembali kepada udara, yang api kembali kepada api, dan yang air akan menyatu kembali kepada Ruh yang didalamnya terkandung Jiwa, merupakan sesuatu yang tidak berwujud materi, terdiri dari tiga unsur ruhaniah yaitu akal, nafsu dan hati/perasaan. Dari unsur2 itulah diri manusia bisa melihat, mendengar, sedih, gembira, marah, benci, cinta, iba, kasih sayang, berfikir dan kitab suci Al-Qur'an, Allah berfirman "Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ruh ciptaan Nya ke dalam tubuhnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagi kamu". As-Sajdah, 32 9. 1 2 3 Lihat Filsafat Selengkapnya
“Setiap tetes air dari Allah yang menimpa rambutmu, kepalamu, keningmu, wajahmu, badanmu, dan bajumu, mudah-mudahan merupakan datangnya rezeki Allah kepadamu. Dunia maupun akhirat,” buka Cak Nun mengawali Sinau Bareng di Ponpes Segoro Agung, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Jumat malam 21/02.Cak Nun melanjutkan prolog, mewedar kedudukan pesantren. Menurutnya, pesantren bukan masa silam, melainkan hari depan. Pesantren dengan segala kelengkapan metode maupun sistem belajarnya cukup diorientasikan untuk menjawab tantangan Nun menandaskan alternatif sudut pandang. Acap kali pesantren dianggap ketinggalan zaman, tergilas oleh sekolah modern. Stigma tradisional sering disematkan kepada pesantren, bahkan diakui tak lagi relevan di dunia pendidikan modern. Terhadap pandangan itu Cak Nun bersilang pendapat. “Pesantren adalah kaifiyyah tata cara, thoriqoh, sosial, budaya, spiritualitas, bahkan kenegaraan untuk masa depan,” itu tema Sangkan Paraning Dumadi dibabar secara bernas. Diteropong dari multiperspektif. Seraya berkelakar, Cak Nun menuturkan, bukan berarti kalau dirinya dan Ki Sigid Ariyanto bersandingan dalam sepanggung, maka acara ini terbagi dua tema. Antara religiusitas dan klenik. “Kita akan membicarakan persambungan antara wayang dan Islam,” papar Cak Paraning Dumadi itu kamu berasal dari mana dan hendak ke mana. Di Islam pernyataan itu sama dengan Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Sangkan manusia itu Innalillah dari Allah, sedangkan dumadi-nya ilaihi roji’un. Jadi, menurut Cak Nun, Innalillahi wa inna ilaihi roji’un itu bukan untuk ucapan orang yang meninggal, melainkan orang yang masih manusia, lanjut Cak Nun, mengidentifikasi kelahirannya secara administratif lahir kapan, di mana, dan orang tua siapa. Pemahaman itu menjadi arus utama di kalangan masyarakat umum. Konsep sangkan dan paran, bagi Cak Nun, justru mendahului eksistensi pencatatan sipil semacam itu. Manakala Tuhan menciptakan, maka di situ permulaan itu datang dari Tuhan dan pulang kembali kepada-Nya. Pada kesempatan lain Cak Nun menguraikan dimensi Innalillahi wa inna ilaihi roji’un sebagai bulatan. Ia datang dari titik sama dan memutar kembali ke titik semula. Aneka rupa dinamika kehidupan manusia niscaya relatif, namun sangkan dan paran berpola itu BermaiyahCak Nun mengaitkan antara wayangan dan Maiyah. Maiyah itu bukan kelompok. Maiyah itu berpaut erat dengan kelembutan hati yang membuat manusia selalu ingin bertemu, bergandengan tangan dan menguatkan. “Wayangan iku yo Maiyahan. Maiyah bukan benda padat. Ia nilai. Setelah Sinau Bareng nanti, kita akan berpindah Maiyahan ke wayangan,” Ki Sigid Ariyanto adalah pelopor Simpul Maiyah Sendhon Waton, Rembang. Ia menjelaskan sepintas makna Sendhon Waton. Sendhon itu rangkaian kata terpilih dan terindah yang mengandung ajaran kearifan leluhur. Waton itu berarti mempunyai referensi, sebuah pijakan Sigid bercerita akan membawakan lakon Dewa Ruci dan Bima Suci. Kisah Dewa Ruci relevan ditampilkan karena, menurutnya, setarikan napas dengan tema Sangkan Paraning Dumadi. Menampilkan tokoh utama Brotoseno. “Ia sama dengan Bima dan Werkudara. Brotoseno berguru di Pesantren Sakalima. Di cerita Brotoseno tersebut ingin tahu ilmu Sangkan Paraning Dumadi Kawruh Kasampurnan,” lanjut Ki wayang kearifan lokal leluhur termediasi apik. Cak Nun mempertajam kalau selama ini pandangan mengenai wayang selalu dikaitkan dengan kisah Ramayana dan Mahabharata. Tapi sepanjang sejarahnya, seiring masuknya agama Islam, kedua kisah itu digubah oleh Sunan Kalijaga untuk media dakwah. “Jadi, wayang yang kita kenal sekarang yang berasal dari dua kisah tersebut pada gilirannya diislamkan’ oleh beliau,” konsep pakem dan carangan dalam wayang. Cak Nun sendiri melihat kedudukan punakawan yang terdiri atas Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong tak diambilkan dari epos India. Mereka dimunculkan sesuai kebudayaan Jawa. Upaya pencarangan dalam wayang, khususnya aspek pengisahan, kerap direproduksi dalang sebagai bagian dari proses kreatif.“Punakawan sendiri itu yang menemani dengan keilmuan dan kebijaksanaan, sementara ponokawan itu menemani dengan cinta,” papar Cak Nun. Oleh Cak Nun sendiri, selama proses kepenulisan kreatif, peran Punakawan pernah diadaptasikan ke dalam Novel Arus Bawah 1994. Tentu dengan penyesuaian alur cerita berlatar Karang Kedempel yang sebetulnya konotasi wilayah Indonesia. “Punakawan sendiri adalah representasi dari demokrasi yang disuarakan kaum kelas bawah.”Sinau Bareng malam itu begitu khidmat, meski gerimis terus mengguyur. Jamaah terlatih untuk “berpuasa” terhadap segala kondisi dan mengondusifkan diri agar tak terdistraksi. “Puasa adalah bentuk fermentasi mental dan hati. Jika kamu sering puasa, maka hatimu akan luwes dan lembut,” pesan Cak di luar diri hendaknya diatur sesuai kedaulatan individu. Cak Nun menambahkan agar jamaah jangan menangisi dunia. “Jangan bergantung pada dunia pula. Usahakan dunia tergantung pada Anda, dan Anda yang harus mengatur dunia,” tambahnya. Yang mempertautkan diri-dalam dan kondisi-luar adalah relasi penuh kasih. Pesantren punya potensi untuk berdaulat.“Hubungan tertinggi antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan adalah cinta. Berhentilah membuat sekat tentang keluasan cinta dan jangan pernah berhenti mencintai,” pungkas Cak Nun.
Kawruhana sejatining urip/ urip ana jroning alam donya/ bebasane mampir ngombe/ umpama manuk mabur/ lunga saka kurungan neki/ pundi pencokan benjang/ awja kongsi kaleru/ umpama lunga sesanja/ njan-sinanjan ora wurung bakal mulih/ mulih mula sejatinya hidup/ Hidup di dalam alam dunia/ Ibarat perumpamaan mampir minum/ Ibarat burung terbang/ Pergi dari kurungannya/ Dimana hinggapnya besok/ Jangan sampai keliru/ Umpama orang pergi bertandang/ Saling bertandang, yang pasti bakal pulang/ Pulang ke asal di atas merupakan falsafah Jawa favorit dunia ini diumpamakan seperti bersinggah ke suatu tempat atau mampir bertamu dan minum bersama. Artinya dunia ini selalu berubah dan tidak kekal. Seindah atau seburuk apapun selalu hanya sementara. Seseorang tidak bisa berdiam lama-lama dalam suatu persinggahan. Dalam bahasa Jawa istilahnya, "Urip iku mung mampir ngombe", hidup itu cuman numpang Paraning Dumadi menjelaskan bahwa kita manusia pada hakikatnya akan berpulang ke rumah sejati. Peristiwa berpulangnya manusia ke rumah sejati inilah yang menjadi catatan saya pagi artinya lahir atau menjadi ada. Sebelum lahir, sebelum bernama, atau sebelum ada seperti ini, itulah sang asal. Sangkan paraning dumadi umumnya dipahami sebagai asal dan tujuan hidup. Ada yang Menyebutnya Tuhan sesuai dengan pemahaman atau agama pada umumnya. Sangkan paraning dumadi adalah kembali pada diri sejati atau rumah sejati. Ini tingkat kedalaman bathin yang murni, yang bebas dari konflik dan prasangka. Sang asal sebelum jagad gumelar, sebelum bumi dan seisinya kita kenali sebagaimana sekarang pada umumnya. Jagad gumelar dalam hal ini adalah pikiran duniawi yang memiliki ciri dualitas. Karena ada dualitas maka ada positif dan negatif, ada hitam dan putih. Inilah dunia jagad yang kita kenali. Dan selanjutnya positif negatif itu menjadi reaksi suka dan tidak suka. Inilah kecenderungan duniawi yang dirasakan tentu beda dengan Sang Pencipta. Dalam bahasa Jawa, Sang Pencipta atau Tuhan atau Allah disebut Gusti. Gusti itu bagusing ati. Hubungan antara manusia dan Gustinya itu bersifat vertikal. Itulah makna dari Spiritualitas menurut saya seperti mimpi bertemu dengan almarhumah Eyang saya. Sepertinya ini merupakan pesan bawah sadar. Karena sudah jelas bukan di alam sadar jelas seperti apa isi pesannya dari sang 'Messenger', yang jelas saya berusaha menangkap dan mempelajari perihal berpulang ke rumah abadi dan esensi hidup manusia di saya yang kurang reresik sehingga subliminal message yang saya terima kurang jelas. Namun satu hal yang pasti, pesan muncul ketika saya telah berhasil melampaui fase penting dalam hidup. Seperti peristiwa semalam terkait rencana anggap ini adalah sebuah approval. Namun ada hal lain diluar approval ini yang tidak bisa saya jelaskan. Seperti ada beban lain yang disusupkan melalui mimpi. Ini soal kebersamaan. Ini soal ajaran cinta kasih tanpa syarat. Soal bloodline.
sangkan paraning dumadi sunan kalijaga